Lebih dari seabad sejak pertama kali diperkenalkan, air minum kemasan telah beralih status dari kemewahan tak terjangkau menjadi kebutuhan pokok dan simbol kesadaran hidup sehat.
Tengoklah meja kerja di kantor Anda, liriklah dispenser dan isi lemari pendingin di rumah, atau amati tas bekal yang dibawa anak sekolah. Hampir pasti, di sana akan terselip botol atau galon berisi air minum dalam kemasan (AMDK). Ya, bagi masyarakat Indonesia hari ini, AMDK bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan esensial yang tak terpisahkan dari gaya hidup.
Namun di balik kesederhanaan kebiasaan meminum air botolan ini, terhampar jejak sejarah panjang yang dimulai jauh sebelum merek Aqua lahir. Ini adalah kisah tentang bagaimana sebuah produk yang awalnya dianggap aneh dan mahal, akhirnya bertransformasi menjadi penanda kesadaran akan kebersihan dan kesehatan.
Hygeia: Kemewahan Elite Eropa di Era Kolonial
Cikal bakal industri AMDK di Nusantara bermula pada awal 1910-an, di tengah hiruk pikuk perdagangan Hindia Belanda. Seorang pengusaha Belanda, Hendrik Freerk Tillema, datang dengan ide revolusioner: menjual air minum dalam botol. Mereknya adalah Hygeia, dengan sumber air yang diklaim berasal dari pegunungan murni di Jawa Timur.
Tillema adalah sosok yang visioner. Untuk mempromosikan Hygeia, ia bahkan menggunakan balon gas sebagai media promosi –sebuah langkah yang kala itu tergolong sangat mewah, modern, dan eksklusif. Target pasarnya jelas: hanya kalangan elite Eropa yang peduli pada higienitas air.
Sayang seribu sayang, Hygeia harus menyerah pada realitas pasar. Harganya yang selangit dan daya beli masyarakat pribumi yang masih rendah membuat usaha ini tak berlanjut. AMDK pun sempat menghilang dari pasaran Indonesia selama puluhan tahun, seolah menjadi fosil dari era kolonial.
Tirto Utomo dan Lahirnya Aqua di Pabrik Bekasi
Gagasan menjual air kemasan itu baru bangkit enam dekade kemudian, tepatnya pada awal 1970-an, melalui tangan dingin Tirto Utomo. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini terinspirasi oleh maraknya kasus diare yang ia yakini bersumber dari air yang tidak higienis.
Bersama adik iparnya, Slamet Utomo, Tirto mendirikan PT Aqua Golden Mississippi pada 23 Februari 1973. Dengan modal awal sekitar Rp150 juta dan hanya 38 karyawan, mereka memulai produksi di pabrik pertama mereka di Bekasi. Produk Aqua pertama dijual dalam botol kaca berukuran 950 mililiter dengan harga Rp75. Tirto ingin menciptakan air yang bersih, sehat, tidak berbau, tidak berwarna, serta terjamin bebas dari bahan kimia.
Namun, sejarah seolah terulang. Di awal kemunculannya, Aqua dianggap aneh. Masyarakat belum terbiasa membayar untuk air, bahkan harga sebotol Aqua saat itu lebih mahal dibandingkan harga bensin.
Titik baliknya datang dari pekerja asing. Ketika para pekerja Korea Selatan yang membangun Tol Jagorawi mulai mengonsumsi Aqua untuk menghindari penyakit, kebiasaan itu menular kepada pekerja lokal. Perlahan tapi pasti, masyarakat Indonesia mulai menerima dan mengakui bahwa membeli air adalah investasi kecil untuk kesehatan.
Gagasan menjual air kemasan itu baru bangkit enam dekade kemudian, tepatnya pada awal 1970-an, melalui tangan dingin Tirto Utomo. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini terinspirasi oleh maraknya kasus diare yang ia yakini bersumber dari air yang tidak higienis.
Bersama adik iparnya, Slamet Utomo, Tirto mendirikan PT Aqua Golden Mississippi pada 23 Februari 1973. Dengan modal awal sekitar Rp150 juta dan hanya 38 karyawan, mereka memulai produksi di pabrik pertama mereka di Bekasi. Produk Aqua pertama dijual dalam botol kaca berukuran 950 mililiter dengan harga Rp75. Tirto ingin menciptakan air yang bersih, sehat, tidak berbau, tidak berwarna, serta terjamin bebas dari bahan kimia.
Namun, sejarah seolah terulang. Di awal kemunculannya, Aqua dianggap aneh. Masyarakat belum terbiasa membayar untuk air, bahkan harga sebotol Aqua saat itu lebih mahal dibandingkan harga bensin.
Titik baliknya datang dari pekerja asing. Ketika para pekerja Korea Selatan yang membangun Tol Jagorawi mulai mengonsumsi Aqua untuk menghindari penyakit, kebiasaan itu menular kepada pekerja lokal. Perlahan tapi pasti, masyarakat Indonesia mulai menerima dan mengakui bahwa membeli air adalah investasi kecil untuk kesehatan.
Era Plastik, Galon, dan Dominasi Danone
Transformasi besar terjadi pada akhir 1970-an. Aqua mengambil keputusan strategis dengan mengganti botol kaca yang berat dan sulit didistribusikan dengan kemasan plastik. Langkah ini bukan hanya mempermudah distribusi, tetapi juga membuat harga lebih terjangkau dan memperluas jangkauan pasar hingga ke pelosok.
Inovasi berlanjut saat Aqua memperkenalkan galon air berukuran 19 liter beserta dispenser sewaan. Inovasi inilah yang benar-benar membawa AMDK masuk ke rumah tangga dan kantor, mengubah kebiasaan masyarakat secara fundamental.
Dominasi Aqua semakin kuat ketika pada 1998, perusahaan tersebut diakuisisi oleh Danone Group asal Prancis. Akuisisi ini menempatkan Aqua dalam jaringan global, memperkuat cengkeramannya di pasar Indonesia hingga kini menguasai sekitar 40 persen pangsa pasar nasional.
Kesuksesan Aqua memicu banjirnya para pesaing, mulai dari merek lama seperti Vit dan Ades, hingga pemain baru yang agresif seperti Cleo, Club, dan Nestlé Pure Life. Produsen lokal seperti PT Sariguna Primatirta (Cleo) terus berekspansi, membuktikan bahwa pasar AMDK adalah medan pertempuran bisnis yang sengit dan menjanjikan.
Kini, tren AMDK bahkan telah merambah ke kategori air beroksigen dan air alkali pH tinggi, seiring meningkatnya kesadaran akan gaya hidup sehat masyarakat urban. Produsen kini berlomba menyajikan kemasan ramah lingkungan, mulai dari botol daur ulang hingga kaleng premium.
Lebih dari seabad sejak Hygeia diperkenalkan, air minum kemasan telah berubah dari produk mewah menjadi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Perjalanan dari ide Hendrik Tillema hingga inovasi Tirto Utomo membuktikan bahwa air bersih tak hanya soal bisnis, tetapi juga bagian penting dari perubahan budaya hidup masyarakat.
Kini, minum dari botol bukan lagi sekadar kebiasaan modern, melainkan bentuk kesadaran akan pentingnya kebersihan, kesehatan, dan kualitas hidup.
Editor : TVTOGEL
Sumber : shopee88.id